Untuk Direnungkan

....Apabila beliau sampai pada ayat yang mengandung tasbih, beliau bertasbih. Apabila sampai pada ayat yang mengandung permintaan, beliau meminta (berdoa). Dan apabila sampai pada ayat yang mengandung perlindungan, beliau berta'awwudz (memohon perlindungan).(Riwayat Imam Muslim di dalam kitab Shohihnya) Hadits dari sahabat Hudzaifah ibnu Yaman. Dari Kitab Al Adzkar Imam Nawawi Rohimahulloh. Dalam subbab "Hal yang harus dilakukan setelah membaca ayat rahmat dan ayat azab"

Wednesday, March 28, 2012

Apakah Makna Matsâbah dalam Ayat 125 Surah al-Baqarah?

Tanya:
Assalamu’alaikum wr. wb.
Apakah benar matsâbah dalam ayat 125 surah al-Baqarah dapat diartikan “tempat pengimbalan” karena ada sekian banyak buku tafsir mengartikannya “tempat berkumpul atau berhimpun”? Apakah mungkin peristiwa-peristiwa dalam ayat 153 surah Âli ‘Imrân, ayat 85 surah al-Mâ’idah, dan ayat 18 surah al-Fath dapat dipahami dengan menganalogikannya sebagai tempat pengakuan dosa dan pengikraran iman terhadap kedudukan Ka‘bah, padahal menurut pengetahuan saya yang awam, Ka‘bah hanyalah perlambang semata? Apakah seorang Muslim yang berdosa harus meminta pengampunannya di hadapan Ka‘bah dan apakah Islam mengenal lembaga pengakuan dosa?
[Mansyur Balfas - via formulir pertanyaan]
Jawab:
Wa’alaikumussalam wr. wb.
Dalam Mu‘jam Mufradât Al-Qur’ân karya ar-Raghîb al Asfahânî, seorang pakar bahasa al-Qur’an, penjelasan tentang arti matsâbah ditemukan dalam subkata tsawaba, yang makna dasarnya—menurut pakar ini— adalah “kembalinya sesuatu kepada keadaan atau ide dasarnya semula.” Misalnya, pakaian disebut tsawb karena benang yang dipintalnya kembali kepada ide atau tujuan adanya benang-benang itu, yakni sebagai pakaian.
Jika Anda berkata, “Tsâba ilâ dârihi”, maka kalimat itu berarti, “Ia kembali ke rumahnya”. Al-Matsâbah bermakna, antara lain, “tempat berdiri di mulut sumur (untuk mengambil air)”. Sebab, di tempat itu, orang selalu berbolak-balik dan kembalinya mereka ke sana sesuai dengan ide dasar atau tujuan diciptakannya sumur. Tsawâb yang berarti “ganjaran perbuatan” tidak terlepas dari makna itu juga. Sebab, ganjaran itu kembali kepada manusia sesuai dengan amalnya seakan-akan “amal” itu sendiri yang kembali. Janda yang dalam bahasa Arab disebuttsayyib juga berasal dari akar kata yang sama, karena dia kembali kepada keadaannya semula, yakni tanpa suami.
Kembali kepada kata matsâbah. Ada juga yang mengartikan kata ini sebagai “bilangan yang banyak”. Hal ini disebabkan bilangan yang banyak biasanya menjadi tempat kembali atau rujukan orang. Pakar bahasa, Ibnu Fâris, juga mengemukakan keterangan yang tidak jauh berbeda.
Kata matsâbah yang Anda tanyakan dalam ayat 125 surah al- Baqarah [2]: 125 di atas berarti “tempat orang kembali ke sana”, karena orang tidak pernah puas (sehingga selalu kembali). Inilah yang menjadikan tempat itu sebagai tempat berkumpul. Jika tempat itu dikaitkan dengan tsawâb yang berarti “ganjaran”, maka nama tempat itu boleh jadi diartikan sebagai “tempat mencatat ganjaran amal kebajikan”. Pendapat ini dikemukakan oleh ar-Raghîb dengan isyarat bahwa ini adalah pendapat yang lemah. Saya juga berpendapat demikian, karena yang demikian itu memberi kesan bahwa hanya di tempat itu sajalah terjadi pencatatan ganjaran, padahal tidak demikian halnya. Kesulitan yang sama akan diperoleh bila yang dimaksud adalah tempat pengimbalan, karena seseorang tidak mendapat imbalan di tempat itu.
Begitu juga halnya jika kata itu diartikan sebagai “tempat bertaubat”. Sebab, walaupun orang dianjurkan untuk berdoa, antara lain, “memohon ampunan Allah di sana”, sekali lagi bisa muncul kesan adanya tempat tertentu, meski semua makna yang dilemahkan di atas bisa dipertanggungjawabkan dari segi bahasa. Hanya saja, mayoritas ulama al-Qur’an tidak memilihnya disebabkan adanya kesan-kesan negatif itu dan adanya makna yang lebih jelas, yakni tempat berhimpun atau berkumpul. Anda benar bahwa Islam tidak mengenal lembaga pengampunan dosa dan tidak menetapkan tempat khusus untuk memohon ampunan-Nya.
Ayat 153 surah Âli ‘Imrân yang menggunakan kata atsâba juga terambil dari akar kata yang sama dengan kata matsâbah. Kata atsâba di sini berarti “memberi balasan”, sementara dalam ayat 85 surah al- Mâ’idah, ayat 18 surah al-Fath bermakna “memberi ganjaran atau imbalan”. Semua makna ini tidak keluar dari makna dasar kata itu, namun berbeda-beda sesuai dengan konteks pembicaraan.
[M. Quraish Shihab, Dewan pakar Pusat Studi al-Qur'an]

Apakah Makna Matsâbah dalam Ayat 125 Surah al-Baqarah?

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...